Senin, 14 Maret 2016

Ekologi Hutan Tropis


Pengamatan Ekositem Hutan Tropis
Sumber Kehidupan Manusia dan Alam
Menjaga kelestarian lingkungan adalah tugas semua umat manusia yang ada dimuka bumi ini, tidak pandang kondisi, tempat, usia, jabatan, dan lain sebagainya semuanya ikut bertanggungjawab. Kondisi lingkungan saat ini sangatlah memprihatinkan serta membahayakan kehidupan yang ada dimuka Bumi ini. Penebangan pohon secara liar terjadi dimana-mana, belum lagi pencemaran oleh gas - gas yang dapat mempengaruhi perubahan iklim akibat aktifitas manusia yang kurang peduli lingkungan.
Hutan merupakan salah satu harapan manusia untuk tetap menyediakan ruang udara yang bersih. Dapat dikatakan apabila hutan habis maka kehidupan di Dunia akan ikut habis. Indonesia adalah 2 persen dari luas Dunia, disisi lain Indonesia termasuk sebagai paru - paru Dunia karena luasnya hutan yang ada yang termasuk dalam katagori hutan tropis.

A.Devinisi Hutan
 
Hutan adalah suatu wilayah luas yang ditumbuhi pepohonan, termasuk juga tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, dan bunga liar. Ditambah dengan beberapa jenis burung, serangga, dan binatang lainnya yang menghuni hutan tersebut. Berjuta-juta makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dibawah microskop juga menghuni hutan.Rimba raya disebut juga “hutan tropis”. Hutan tropis, terdiri dari hutan hujan tropis, dimana terdapat daerah-daerah yang curah hujannya cukup tinggi, hampir setiap hari, dan udara panas sepanjang tahun. Variasi temperatur dalam satu hari lebih besar daripada dalam satu tahun. Kita menyebut daerah yang beriklim panas dan lembab ini dengan dengan ‘wilayah tropis’. Wilayah tropis meliputi daerah belahan bumi di sekitar garis khatulistiwa yang terbentang sampai garis balik utara dan garis balik selatan. Hutan hujan tropis di dunia terdiri dari tiga daerah utama: hutan hujan Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara. Amerika selatan yang terbesar, dan Afrika yang terkecil.

B.Ekosistem Hutan Tropis
 
Ekosistem hutan tropis merupakan suatu kawasan hutan yang terdapat didalamnya benda abiotik (batu, air, tanah, matahari, udara dan lain-lain) dan biotik (tumbuhan, hewan dan manusia) yang membentuk satu kesatuan dan terdapat hubungan timbal balik didalamnya, pohon-pohon dan tanaman hijau lainnya membutuhkan sinar matahari untuk memproses makanan yang diambil dari udara, air dan mineral dari dalam tanah. Tanaman memberi makan pada beberapa binatang tertentu. Binatang pemakan tumbuhan ini dimakan oleh binatang pemangsa daging. Tanaman dan binatang yang mati diurai oleh bakteri dan organisme lainnya seperti protosoa dan jamur. Proses ini mengembalikan mineral ke dalam tanah, yang dapat digunakan lagi oleh tumbuhan untuk ber-fotosintesis.
Hutan hujan tropis ditentukan oleh 2 faktor: lokasi (di daerah tropis) dan jumlah curah hujan yang didapatkannya. Hutan hujan tropis mendapat sekitar 4-8 meter hujan setiap tahun – 5 meter hujan tercurah di hutan hujan Kalimantan setiap tahunnya, atau 5 kali lebih banyak daripada curah hujan di New York. 
Hutan hujan tropis tumbuh di dekat garis equator, dimana iklim sepanjang tahun hangat dan basah. Sebagian besar hutan ini tumbuh di lembah sungai Amazon, lembah sungai Kongo, dan di wilayah Asia Tenggara. Dari ke enam kelompok jenis hutan, hutan hujan tropis paling banyak memiliki keragaman pohon, sekitar 100 species bisa tumbuh pada wilayah seluas 2,6 Km2. Sebagian besar pohon berdaun lebar dan selalu hijau sepanjang tahun, terdapat juga pohon palm dan paku-pakuan. Kebanyakan hutan pohonnya membentuk tiga lapisan selubung (canopy). Canopy paling atas dapat mencapai ketinggian 46 meter, tumbuhan yang melebihi canopy di sebut emergent. 
Lapisan semak belukar dan tumbuhan herbal sangat tipis karena sinar matahari terhalang oleh lapisan canopy. Seringkali beberapa tanaman merambat dan menumpang lainnya menempel di cabang-cabang pohon lapisan canopy, sehingga dapat menyerap sinar matahari secara penuh.  Sebagian besar binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat menemukan makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya adalah makhluk terbang dan memanjat seperti kelelawar, berbagai jenis burung, serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular.

C. Stratifikasi Tumbuhan

Hutan musim memiliki banyak keragaman pohon, meskipun tidak sebanyak hutan hujan tropis. Terdapat juga beberapa tanaman rambat dan tumpang. Beberapa pohon berguguran dan tumbuh kembali, terutama di daerah yang memiliki perbedaan yang sangat jelas antara musim panas dan musim hujan. Lapisan canopy bisa mencapai ketinggian 30 meter. Satu lapisan understory tumbuh dibawah canopy. Bambu dan palem memenuhi lapisan semak, dan lapisan tebal
tumbuhan herbal menempel di tanah.  Binatang yang tinggal menyerupai, mereka yang hidup di hutan hujan tropis.Hutan tropis memiliki tiga lapisan pohon yang disebut juga lapisan tajuk pohon  (lapisan A, B, C) ditambah dengan lapisan D yang merupakan lantai hutan, yang terdiri dari semak, herba tinggi, herba rendah, dan rerumputan. Setiap lapisan mempunyai komposisi jenis yang khas.  Pohon tertinggi pada lapisan A berkisar antara 35 – 45 m, yang kadang-kadang diselingi oleh beberapa pohon yang menjulang tinggi mencapai 80 m atau lebih. Ciri khas pepohonan di lapisan A ialah tajuknya berbentuk payung yang melebar ke samping, menutupi sebagian besar sinar matahari yang hendak menembus lapisan-lapisan tajuk hutan di bawahnya. Lapisan B terdiri dari pepohonan yang tingginya kira-kira 20 m. Tajuk pohon pada umumnya cenderung berbentuk dalam dan tidak melebar ke samping. Lapisan C terdiri dari pohon yang tingginya antara 4 – 15 m, dengan tinggi rata-rata sekitar 14 m. Pohon-pohon pada lapisan ini lebih rapat
tajuk serta cabangnya dibandingkan dengan lapisan A dan B. lebih dari setengah pohon di lapisan C merupakan pepohonan lapisan A atau B yang masih muda dan hanya setengahnya saja yang merupakan pohon khas lapisan C. pohon-pohon lapisan C mempunyai bentuk tajuk seperti kerucut, lancip dan tidak melebar ke samping. Lapisan D merupakan Tumbuhan yang tingginya rata-rata satu meter, bisa disebut lapisan semak. Lapisan yang terendah adalah tumbuh-tumbuhan penutup tanah, terdiri dari berbagai jenis rumput, herba dan pakis. 

D. Manfaat Hutan Hutan merupakan sumber kehidupan manusia. Manusia jaman dahulu mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan tanaman liar di hutan. Beberapa orang masih tinggal dan hidup di dalam hutan, menjadi bagian alami dari hutan. Meskipun manusia telah membangun pemukiman pedesaan atau perkotaan tetapi masih sering memasuki hutan untuk berburu atau mencari kayu. Hutan memiliki beragam manfaat bagi manusia, jika mampu mengelolanya dengan tepat dan berwawasan lingkungan, manfaat tersebut antara lain :

1.      Hutan, rumah asal kita

Hutan selalu penting bagi manusia. Hutan merupakan tempat tinggal dari manusia-manusia pertama dan sampai sekarang. Hutan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup; makanan, minuman dan tempat berlindung. Dengan kehidupan seperti ini, manusia merupakan bagian dari ekosistem hutan, dalam keadaan seimbang dengan lingkungannya.

2.      Pemuliaan pada alam

Berbagai jenis pohon atau tanaman berkualitas unggul dikembangkan dari bentuk liarnya. Ini berarti kita membiakkan tumbuhan tidak harus di tempat khusus seperti rumah kaca, tetapi dengan hutan pemuliaan juga baik. Masyarakat bisa belajar dari panen yang berkali-kali, sehingga bisa memilih varietas tanaman yang terbaik untuk bibit.

3.      Bank plasma nutfah

Para ahli membutuhkan secara teratur jenis-jenis liar sebagai sumber plasma nutfah untuk penyilangan tanaman guna memperoleh jenis baru yang unggul, di samping jenis-jenis varietas yang telah ada. Jenis liar banyak terdapat di hutan. Jika hutan habis, maka jenis-jenis tanaman liar akan sulit ditemukan.

4.      Obat-obatan

Setiap tumbuh-tumbuhan di hutan tropis mengandung komponen senyawa kimia yang sangat kompleks dan tidak ada bandingnya. Para ahli kimia bila mencoba menganalisis tumbuh-tumbuhan ini seringkali di mulai dengan menggelengkan kepala putus asa. Walau demikian dari waktu ke waktu, manusia telah menggunakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan untuk mengobati penyakit. Di Indonesia, penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat merupakan tradisi yang amat tua. Berbagai ramuan yang terbuat dari akar-akaran, daun, buah dan jamur tersedia di pasaran, dikenal dengan istilah “Jamu”. Secara tradisional semua tumbuhan bahan untuk jamu di kumpulkan dari hutan. Tetapi, dengan menyusutnya hutan, maka sumber penghasilan bahan-bahan tersebut makin lama makin kurang pula. Oleh karena itu banyak diantara jenis tumbuhan obat ini sudah dibudidayakan di perkebunan-perkebunan besar. Tetapi, tidak semua jenis tumbuhan obat tersebut dapat dibudidayakan, oleh karena itu, hutan masih tetap diperlukan sebagai salah satunya sumber penghasilan.

5.      Mencegah kekeringan maupun banjir

Hutan bertindak sebagai kunci penghubung antara tanah dengan sejumlah besar air yang berputar dan disimpan dalam suatu ekosistem. Sebelum menguap air akan melalui 4 tahap penimbunan air yaitu: sumber mata air, saluran-saluran sungai, tanah-tanah rawa dan lautan sebelum kembali ke atmosfir. Hilangnya hutan akan menimbulkan pengaruh buruk pada salah satu sistem tersebut. Hutan bertindak bagaikan karet busa yang maha besar, menyerap seluruh air hujan yang tercurah dari langit. Mulut daun (stomata) menyerap sebagian kecil air hujan yang jatuh. Sisanya akan jatuh secara perlahan-lahan ke lantai hutan, dimana air dalam jumlah besar disimpan, di tahan oleh sistem akar, tanah jamur-jamur kecil, serta bakteri yang hidup. Lantai hutan bisa menyimpan air sebanyak 2,5 kali berat volumenya sendiri. Hanya sebagian kecil dari air hujan yang perlahan-lahan mengalir menuju sungai di hutan. Bahkan, walaupun tidak turun hujan untuk waktu yang lama, hutan tetap menjaga kestabilan air tanah. Sungai-sungai berkurang airnya tetapi tidak akan pernah mengalami kekeringan.  Hutan mengatur proses penguapan, sehingga tanah tetap lembab.


Sekali hutan musnah, kita akan kekurangan, atau sebaliknya kebanjiran air, karena hutan tidak lagi mengatur alirannya. Air hujan mengalir cepat dipermukaan tanah menuju sungai yang tidak akan mampu lagi menerima air dalam jumlah yang sangat besar sehingga terjadilah banjir. Aliran air hujan membawa partikel-partikel tanah ke saluran-saluran air. Maka terjadi pengendapan di dasar sungai yang menyebabkan pendangkalan. Air masih tak tertampung. Hutan yang tanahnya berpasir menjaga agar air selalu tetap, karena akar-akar disitu menyerap air dalam jumlah yang banyak.

6.      Hutan mencegah erosi

Erosi berarti pengikisan atas tanah yang tidak terlindung oleh air dan angin. Jika hutan habis, tanah yang gundul itu segera merasakan pengaruh langsung dari hutan. Ini mengakibatkan kehancuran struktur remah tanah, dan humus yang mengikatnya akan mengalami mineralisasi. Akibatnya, air hujan yang jatuh akan membawa partikel-partikel tanah ke sungai. Sungai akan penuh lumpur, pelabuhan-pelabuhan akan menjadi dangkal, dan air sungai akan berwarna coklat.

7.      Hutan mencegah longsor

Sistem perakaran di hutan yang tumbuh ditempat-tempat yang berlereng terjal mempunyai fungsi tambahan untuk menstabilkan tanah. jika, tanaman di hutan habis, tanah akan cepat jenuh air dan tidak dapat lagi mempertahankan kestabilannya. Akibatnya, terjadi tanah longsor, merusak desa-desa, membunuh manusia, dan membinasakan lahan pertanian.


8.      Bagi pertanian

Fungsi pohon-pohon dan hutan telah dimanfaatkan dalam bidang pertanian, pertamanan dan perencanaan kota. Kemampuan untuk mendukung kehidupan hutan yang lebat itu ialah karena adanya daur mineral, yaitu mineral di serap oleh tanah, disimpan dalam tubuh tumbuhan serta kembali ke tanah kerena tercuci oleh hujan dari tajuk dan pada waktu bagian tumbuhan yang mati membusuk. Petani menyelingi tanaman utamanya dengan pohon atau tumbuh-tumbuhan yang berasal dari hutan, yang ternyata memberikan bermacam-macam keuntungan pada tanamannya seperti unsur hara dan pelindung. Beberapa tanaman seperti kopi, teh membutuhkan tanaman pelindung untuk melindungi dari sinar matahari. Selain itu, bisa sebagai pengendalian hama, karena di dalam hutan banyak terdapat binatang pemangsa (predator).

9.      Bagi kota

Semua proses pembakaran di kota-kota menghabiskan banyak oksigen. Pepohonan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Satu hektar hutan menghasilkan oksigen untuk pernafasan 10 orang. Oleh sebab itu setiap kota sebaiknya dibatasi dan dikelilingi oleh daerah hutan. Hutan mempunyai pengaruh lain yang menguntungkan terhadap iklim kota. Hutan mencegah kumpulnya debu yang menyelimuti kota. Pada malam hari udara panas akan mengalir naik ke atas kota, hingga terjadi kekosongan udara segar, dingin dan basah dari hutan-hutan di sekitar hutan akan mengalir mengalir masuk menggantikan udara kota yang kotor tadi. Suara bisisng juga akan berkurang, karena hutan berperan menyerap gema.

Hutan juga bertindak sebagai penyaring udara. Debu atau partikel-partikel yang menempel pada daun akan terbawa kembali ke lantai hutan oleh hujan yang turun. Gas-gas yang merupakan zat pencemar diserap melalui pori-pori daun. Daun bahkan mampu menyerap debu radio aktif. Polusi udara akan mengurangi radiasi matahari dan berpengaruh buruk terhadap fungsi hati dan paru-paru manusia. Penghuni kota lebih mudah terserang penyakit bronchitis, TBC, jantung dan saluran pernafasan. Satu hektar hutan mampu menyerap sampai 32 ton debu dalam antara dua kali jatuh hujan.     



Salam Lestari............,,,
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar